Senin, 30 Juni 2014

Potret Pendidikan di Pulau Terpencil



Kondisi Bangunan MI Makarimal Akhlaq


Lembaga Pendidikan Makarimal Akhlaq adalah contoh Potret Buram Pendidikan di negeri ini. Lembaga ini berdiri di sebuah pulau terpencil di Kabupaten Sumenep yaitu di Pulau Tonduk atau masyarakat mengenalnya sebagai Desa Tonduk. Pulau yang masuk dalam wilayah Kec. Raas ini dihuni penduduk sekitar 3.500 jiwa dan hanya tersisa 35 % karena 65% pergi merantau ke berbagai wilayah di Indonesia. Di pulau ini terdapat satu SD Negeri dan beberapa lembaga pendidikan swasta.
Kepala MI Makarimal Akhlaq Abdul Arief, S.Pd. menjelaskan bahwa selama ini lembaga yang dikelolanya belum pernah disentuh bantuan pembangunan gedung sekolah. Selama ini pihaknya mengandalkan sumbangan masyarakat sekitar untuk kepentingan yang berkaitan dengan bangunan fisik sekolah. Selain itu Kepala Sekolah yang pernah menimbah ilmu di Ponpes Mathali’ul Anwar Sumenep ini juga menjelaskan lembaga yang dikelolanya masih sangat membutuhkan guru. Maklum jumlah guru di lembaga ini sangat terbatas sehingga proses belajar mengajar tidak maksimal.

MI Makarimal Akhlaq dari kejauhan

“Sejujurnya kami berharap ada perhatian dari pihak terkait untuk meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga kami, baik berupa bangunan ataupun tambahan pengajar,” ungkap Abdul Arief. Sarjana muda lulusan STKIP Sumenep ini juga mengungkapkan keinginannya untuk membangun desanya, khususnya di bidang pendidikan. Saat pertama kali masuk dalam lembaga yang di rintis oleh orang tuanya yaitu KH. Abu Zairi, Arif mengungkapkan kesedihannya. Betapa tidak dia menjumpai seorang siswa kelas V di MI Makarimal Akhlaq belum bisa membaca. Sejak saat itu Abdul Arif bertekad akan berjuang keras untuk memajukan lembaganya yang menaungi RA,MI dan Madrasah Diniyah.
Langkah awal yang dilakukan oleh Abdul Arief, S.Pd. adalah mencoba menata administrasi sekolah. Dia juga berjuang untuk meyakinkan masyarakat bahwa MI dan SD tidak ada perbedaan. Selama ini yang berkembang di kalangan masyarakat desa ini adalah bahwa lulusan SD akan lebih baik dan menjanjikan dibanding lulusan MI.
Selain kekurangan ruangan dan pengajar di lembaga ini juga tidak ada sarana permainan untuk anak khususnya siswa RA. Arief berharap kedepan ada kepedulian dari berbagai pihak untuk meningkatkan mutu pendidikan di lembaganya. Menurutnya bahkan ada anak yang lulus SD atau MI di pulau ini langsung bekerja ikut keluarganya merantau. Jika hal ini terus dibiarkan bagaimana generasi Indonesia kedepan bisa maju menghadapi persaingan global.

Romeltea Media
Bumi Garam Updated at:
Get Free Updates:
*Please click on the confirmation link sent in your Spam folder of Email*

Be the first to reply!

Posting Komentar

 
back to top